Seanteronews.com — Ketegangan di kawasan Asia Timur kembali meningkat setelah Korea Utara mengumumkan bahwa pihaknya siap melakukan tindakan militer terhadap Amerika Serikat, Jepang, dan Korea Selatan. Pernyataan ini disampaikan oleh Juru Bicara Kementerian Pertahanan Korea Utara sebagai respons atas latihan militer gabungan terbaru antara ketiga negara tersebut di Semenanjung Korea.
“Aliansi militer antara AS, Jepang, dan Korea Selatan merupakan ancaman langsung terhadap kedaulatan dan keamanan nasional kami. Kami tidak akan ragu untuk mengambil langkah militer bila diperlukan,” ujar juru bicara tersebut dalam pernyataan resmi yang dirilis oleh media pemerintah KCNA. Ia menambahkan bahwa Pyongyang telah menyiapkan berbagai opsi taktis dan strategis untuk “menghancurkan ancaman dari musuh.”
Latihan militer gabungan yang sedang berlangsung di wilayah laut Timur telah dipandang oleh Korea Utara sebagai simulasi serangan langsung. Latihan ini melibatkan kapal induk AS, jet tempur generasi kelima, dan sistem pertahanan rudal canggih. Korea Utara menuduh latihan ini sebagai bentuk “provokasi yang diperhitungkan” dan “pendahuluan invasi”.
Pihak militer Korea Selatan dan Pentagon belum memberikan tanggapan langsung atas pernyataan terbaru Pyongyang, namun sebelumnya telah menyatakan bahwa latihan tersebut bersifat defensif dan bertujuan untuk menjaga stabilitas kawasan. Pemerintah Jepang juga menyatakan akan tetap waspada dan terus memperkuat koordinasi dengan sekutu-sekutunya.
Analis keamanan internasional menilai bahwa ancaman terbaru ini adalah bagian dari pola strategi Korea Utara untuk menekan dunia internasional menjelang perundingan denuklirisasi yang stagnan. Dalam beberapa bulan terakhir, Korea Utara juga telah meningkatkan uji coba rudal balistik jarak jauh dan mengklaim keberhasilan pengembangan hulu ledak hipersonik.
Masyarakat internasional menyerukan deeskalasi dan diplomasi sebagai solusi utama. Namun, dengan meningkatnya retorika militer dari kedua pihak, ketegangan di Semenanjung Korea diperkirakan akan terus memanas. Dewan Keamanan PBB belum mengagendakan sidang darurat, namun negara-negara anggota telah menyampaikan kekhawatiran mendalam atas potensi konflik terbuka.
Korea Utara sebelumnya telah beberapa kali melontarkan ancaman serupa, namun pengamat menilai bahwa situasi kali ini lebih serius karena disertai dengan manuver militer aktif dan peningkatan kapasitas persenjataan. Jika tidak segera diredam, konflik ini dapat mengganggu stabilitas Asia Timur dan berdampak luas terhadap keamanan global.[]