SEANTERONEWS.com – Angkatan Laut Yaman secara resmi mengumumkan bahwa mereka telah menyelamatkan sebagian besar awak kapal dagang ETERNITY C setelah kapal tersebut ditenggelamkan dalam operasi militer di Laut Merah. Kapal berbendera Liberia yang dikelola perusahaan Yunani itu diserang karena dianggap melanggar blokade maritim Yaman terhadap pelabuhan-pelabuhan Israel, khususnya Eilat (Umm al-Rashrash). Penyerangan dilakukan pada awal Juli 2025, setelah kapal tersebut tetap memaksakan jalur pelayaran menuju wilayah pendudukan Palestina.
Menurut pernyataan militer Yaman, serangan dilakukan sebagai bagian dari fase keempat operasi militer laut yang diumumkan pada Mei lalu. Operasi tersebut mencakup penggunaan teknologi canggih seperti drone udara, drone laut tanpa awak, dan rudal berpemandu. Kapal ETERNITY C diklaim telah beberapa kali diperingatkan untuk mengubah arah pelayaran, namun peringatan tersebut diabaikan oleh pihak kapal.
Setelah serangan, kapal mengalami kerusakan parah, terbakar, dan akhirnya tenggelam. Dari informasi yang dihimpun media lokal dan internasional, kapal tersebut mengangkut lebih dari 20 awak. Sebanyak 11 kru berhasil diselamatkan oleh tim SAR Yaman, dua di antaranya mengalami luka-luka dan telah mendapat perawatan medis di fasilitas kesehatan setempat. Proses evakuasi dilakukan selama dua hari dalam kondisi laut yang sulit.
Selain korban yang selamat, otoritas Yaman mengonfirmasi bahwa satu jenazah ditemukan terjebak di dalam badan kapal saat proses pencarian. Sisanya masih dalam proses investigasi. Ada dugaan bahwa beberapa kru lainnya ditahan oleh pihak Houthi sebagai bagian dari strategi militer mereka terhadap entitas maritim yang dianggap melanggar embargo terhadap pelabuhan Israel.
Dalam video resmi yang dirilis oleh media militer Yaman, para kru yang selamat menyampaikan testimoni mereka. Mereka menyatakan bahwa sebagian besar awak kapal tidak mengetahui tujuan akhir pelayaran adalah ke pelabuhan Eilat. Mereka juga meminta kepada perusahaan pelayaran internasional agar lebih transparan dan berhati-hati agar tidak melibatkan awak kapal sipil dalam konflik bersenjata.
Para kru juga mengimbau komunitas maritim global untuk menghormati blokade Yaman sebagai bentuk solidaritas terhadap Palestina. Mereka mendesak perusahaan pemilik kapal untuk menghindari pelayaran ke pelabuhan-pelabuhan Israel guna mencegah korban jiwa di masa mendatang. Pernyataan tersebut memperkuat pesan politik yang ingin disampaikan oleh pihak Yaman kepada dunia internasional.
Pemerintah Yaman yang didukung oleh gerakan Houthi telah lama menyatakan bahwa semua kapal yang berlayar menuju atau dari pelabuhan Israel akan menjadi target sah. Kebijakan ini diluncurkan sejak November 2023 sebagai respon terhadap agresi militer Israel di Gaza. Sejak saat itu, beberapa kapal internasional telah menjadi sasaran serangan serupa di Laut Merah dan Teluk Aden.
Insiden tenggelamnya ETERNITY C menjadi peringatan keras bagi dunia pelayaran internasional. Operator dan perusahaan pengelola kapal kini diimbau untuk menghindari wilayah Laut Merah jika tidak memiliki kejelasan mengenai jalur aman yang tidak melibatkan pelabuhan Israel. Asosiasi pelayaran internasional pun mulai mendesak adanya negosiasi untuk menjamin keselamatan pelayaran sipil.
Situasi ini menunjukkan bagaimana konflik geopolitik di Timur Tengah kini merambat ke jalur perdagangan global. Dengan meningkatnya intensitas serangan terhadap kapal dagang, ketegangan di Laut Merah dan sekitarnya diperkirakan akan terus meningkat. Yaman sendiri telah menegaskan bahwa operasi militernya akan terus berlanjut selama Israel melakukan agresi terhadap Gaza dan Palestina secara umum.[]
Sumber: elmayadeen.net