INTERNASIONAL

Bayi-Bayi Gaza Meninggal karena Kelaparan: Dunia Dituding Tutup Mata

SEANTERONEWS.com – Kondisi kemanusiaan di Jalur Gaza semakin memburuk, terutama bagi bayi dan anak-anak yang kini menghadapi kelaparan ekstrem. Lebih dari 100.000 anak-anak, termasuk sekitar 40.000 bayi di bawah usia satu tahun, hidup dalam ancaman nyata akibat kekurangan gizi dan blokade berkepanjangan yang mencegah masuknya bantuan kemanusiaan.

Bayi bernama Mohammad Ibrahim Adas menjadi simbol penderitaan ini. Ia meninggal dunia pada akhir Juli setelah tubuh kecilnya tak mampu bertahan karena tidak adanya susu formula. Kasus seperti ini bukanlah yang pertama. Puluhan bayi dan balita lainnya telah menyusul, memperparah jumlah korban yang tewas akibat kelaparan yang terus meningkat.

Pemerintah daerah menyebut krisis ini sebagai “pembantaian dalam gerak lambat”. Blokade terhadap bahan makanan, air bersih, dan obat-obatan membuat bayi dan anak-anak menjadi korban paling rentan. Banyak dari mereka hanya diberi air oleh ibunya, karena tak ada pilihan lain di tengah kekosongan pasokan nutrisi yang layak.

Situasi di rumah sakit pun mengenaskan. Tenaga medis kewalahan menangani anak-anak yang datang dalam kondisi sangat lemah, tubuh kurus kering, dan tidak mampu menangis karena terlalu lemas. Peralatan medis yang terbatas dan kekurangan suplai memperburuk keadaan, meninggalkan dokter dan keluarga dalam keputusasaan.

Dalam dua minggu pertama bulan Juli, lebih dari 5.000 anak di bawah usia lima tahun dirawat karena kekurangan gizi. Hampir seperlima dari mereka mengalami kondisi “Severe Acute Malnutrition” atau kekurangan gizi akut berat, yang bisa menyebabkan kematian dalam waktu singkat bila tidak segera ditangani.

Ibu-ibu muda di Gaza mengaku putus asa. Mereka tidak lagi dapat menyusui karena tubuh mereka sendiri kekurangan asupan. Formula bayi yang biasanya dapat diandalkan sudah tidak tersedia di pasar, bahkan jika ada pun harganya tak terjangkau. Para ibu hanya bisa memeluk anak mereka sambil berharap keajaiban datang.

Blokade yang diterapkan membuat bantuan dari dunia internasional sulit masuk. Sementara janji-janji kemanusiaan terus disuarakan di forum-forum global, kenyataan di lapangan menunjukkan anak-anak terus berguguran. Gaza menjadi penjara terbuka yang perlahan membunuh penghuninya, terutama mereka yang paling kecil dan tak berdaya.

Warga lokal menuntut dunia internasional agar bertindak nyata, bukan hanya mengecam dari jauh. Mereka mendesak agar jalur distribusi bantuan dibuka sepenuhnya tanpa syarat, karena yang dipertaruhkan bukan sekadar angka statistik, tetapi nyawa manusia, terutama generasi masa depan.

Krisis ini bukan hanya tentang konflik politik dan militer. Ini adalah tragedi kemanusiaan yang nyata, yang menimpa anak-anak sebelum mereka sempat mengenal dunia. Setiap nyawa yang hilang akibat kelaparan mencerminkan kegagalan kolektif dunia untuk bertindak dengan empati, keadilan, dan nurani.[]

author avatar
Redaksi
Meja Redaksi Seanteronews

Leave A Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts

Load More Posts Loading...No more posts.