SEANTERONEWS.com – Mantan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, menyuarakan keprihatinan mendalam atas kondisi kemanusiaan di Jalur Gaza. Ia menegaskan bahwa tidak ada justifikasi moral atau hukum untuk menahan akses makanan dan air dari keluarga sipil yang sangat rentan di wilayah konflik tersebut.
Obama menyatakan bahwa meskipun penyelesaian konflik jangka panjang harus mencakup pembebasan sandera dan penghentian operasi militer, yang paling mendesak saat ini adalah menyelamatkan nyawa warga sipil dari kelaparan yang seharusnya bisa dicegah.
Laporan dari berbagai organisasi kemanusiaan menunjukkan lonjakan kasus malnutrisi, terutama di kalangan anak-anak dan lansia. Pasokan makanan, air bersih, bahan bakar, dan obat-obatan hampir tidak tersedia, menyebabkan banyak kematian karena kekurangan kebutuhan dasar.
Beberapa lembaga hak asasi manusia internasional telah mengkritik keras tindakan Israel yang diduga memblokir bantuan secara sistematis ke Gaza. Tindakan ini disebut sebagai bentuk pelanggaran berat terhadap hukum internasional dan bahkan dapat diklasifikasikan sebagai kejahatan perang.
Pengadilan internasional pun mulai mengambil langkah hukum terhadap pejabat tinggi Israel yang dianggap bertanggung jawab atas kebijakan tersebut. Terdapat tuduhan bahwa kelaparan digunakan sebagai strategi dalam perang, sebuah tindakan yang dikecam secara luas oleh masyarakat dunia.
Sementara pemerintah Israel menyangkal tuduhan tersebut dan menyalahkan gangguan distribusi pada kelompok lain, berbagai laporan independen menyatakan bahwa kendala utama berasal dari pembatasan yang diberlakukan Israel sendiri terhadap masuknya bantuan kemanusiaan.
Kondisi ini memicu reaksi dari banyak negara di dunia, termasuk negara-negara Barat, yang mendesak Israel agar membuka akses penuh terhadap bantuan. Mereka menilai bahwa tindakan menahan bantuan justru memperburuk penderitaan warga sipil dan mempermalukan nilai-nilai kemanusiaan global.[]