INTERNASIONAL

Hampir 70% lulusan sains dan teknik Iran kini adalah perempuan

Iran – Hampir 70% lulusan sains dan teknik di Iran saat ini adalah perempuan, menjadikan negara tersebut sebagai salah satu pemimpin global dalam hal representasi perempuan di bidang STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics). Data terbaru ini menyoroti kemajuan signifikan yang telah dicapai Iran dalam mengatasi kesenjangan gender di sektor pendidikan tinggi, terutama di jurusan-jurusan yang secara historis didominasi oleh laki-laki. Fenomena ini menjadi sorotan dunia, mengingat negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Inggris justru masih menghadapi tantangan dalam meningkatkan partisipasi perempuan di bidang serupa.

Tren ini bukanlah sesuatu yang muncul secara tiba-tiba. Sejak awal tahun 2000-an, Iran secara konsisten mencatat angka partisipasi tinggi dari perempuan dalam jurusan teknik dan sains. Bahkan, sejak 2005, data dari UNESCO menunjukkan bahwa lebih dari 65% mahasiswa teknik di Iran adalah perempuan. Hal ini menjadi bukti bahwa Iran memiliki kebijakan pendidikan yang cukup inklusif, terutama pasca-revolusi Islam 1979, di mana pemerintah mulai mengarahkan investasi besar dalam sektor pendidikan bagi semua warga negara, termasuk perempuan.

Salah satu faktor kunci dari peningkatan ini adalah kemudahan akses pendidikan tinggi, termasuk tersedianya beasiswa dan kebijakan afirmatif yang mendorong perempuan untuk mengambil jurusan sains dan teknik. Selain itu, banyak keluarga Iran melihat pendidikan sebagai cara utama untuk mobilitas sosial, terutama bagi perempuan muda. Dalam banyak kasus, keluarga mendukung anak perempuannya untuk masuk ke bidang teknik, kedokteran, dan ilmu komputer sebagai bentuk prestise dan jaminan masa depan yang lebih baik.

Meski demikian, para lulusan perempuan ini masih menghadapi berbagai tantangan di lapangan kerja. Banyak lulusan teknik dan sains kesulitan memperoleh posisi kerja sesuai kompetensinya, terutama karena hambatan budaya dan struktur industri yang masih bias gender. Beberapa perusahaan, misalnya, lebih memilih laki-laki untuk posisi lapangan atau pekerjaan yang dianggap “berat”, sehingga perempuan sering terpinggirkan meskipun memiliki kualifikasi yang setara atau lebih tinggi.

Namun, terlepas dari tantangan tersebut, kehadiran perempuan dalam jumlah besar di sektor pendidikan tinggi menciptakan potensi besar bagi transformasi sosial dan ekonomi di Iran. Banyak di antara mereka yang melanjutkan studi ke jenjang doktoral, bahkan di luar negeri, membawa pulang ilmu dan pengalaman baru yang dapat memperkaya riset dan teknologi di dalam negeri. Data terbaru juga menunjukkan bahwa lebih dari 58% mahasiswa PhD di Iran saat ini adalah perempuan.

Keberhasilan ini juga menginspirasi negara-negara lain di kawasan Timur Tengah dan Asia Selatan. Dalam beberapa laporan regional, Iran disebut sebagai “model keberhasilan pendidikan perempuan” di bidang STEM, melampaui negara-negara seperti Arab Saudi, Turki, dan bahkan beberapa negara Eropa Timur dalam hal proporsi lulusan perempuan di bidang teknik dan sains. Ini menunjukkan bahwa kemajuan perempuan di bidang akademik dapat dicapai, bahkan dalam konteks sosial-politik yang relatif konservatif.

Di media sosial dan ruang publik, pencapaian ini menjadi topik hangat. Banyak warganet Iran dan luar negeri menyatakan kekagumannya atas semangat dan tekad perempuan Iran yang mampu menembus batasan struktural. Tagar seperti #IranianWomenInSTEM dan #STEM70PercentWomen ramai digunakan sebagai bentuk dukungan dan kebanggaan terhadap pencapaian tersebut. Ini mencerminkan pentingnya dukungan kolektif terhadap perempuan dalam pendidikan dan karier profesional.

Dari perspektif ekonomi, peningkatan lulusan perempuan di bidang teknik dan sains bisa menjadi kunci utama pertumbuhan industri berbasis teknologi dan inovasi di Iran. Dengan sumber daya manusia yang kompeten dan berpendidikan tinggi, Iran berpotensi memperkuat posisi ekonominya melalui sektor-sektor berbasis pengetahuan. Hal ini tentu dapat memberikan kontribusi positif terhadap PDB nasional dan mengurangi ketergantungan pada sektor energi tradisional.

Ke depan, tantangan terbesar adalah bagaimana pemerintah dan dunia usaha dapat menciptakan lapangan kerja yang ramah gender dan membuka lebih banyak peluang kepemimpinan bagi perempuan di sektor teknik dan sains. Kebijakan inklusif, pelatihan karier, dan perlindungan hukum terhadap diskriminasi gender perlu terus diperkuat untuk memastikan para lulusan ini tidak hanya berprestasi di kampus, tetapi juga di dunia profesional.

Secara keseluruhan, dominasi perempuan dalam kelulusan STEM di Iran menjadi cerminan dari potensi besar yang selama ini mungkin terabaikan oleh dunia. Dengan dukungan yang tepat, tren ini bisa mengubah wajah teknologi, sains, dan pembangunan berkelanjutan di kawasan Timur Tengah dan dunia.

Leave A Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts

Load More Posts Loading...No more posts.