Bank Sampah Banjarnegara kembali mencuri perhatian publik berkat inovasi lingkungan yang luar biasa. Mereka berhasil mengolah limbah plastik menjadi bahan bakar minyak (BBM) alternatif bernama Petasol, yang diklaim setara dengan bensin. Inovasi ini tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga menjadi solusi nyata terhadap dua persoalan besar sekaligus: sampah plastik dan ketergantungan pada bahan bakar fosil.
Petasol akronim dari “plastik menjadi solar”merupakan hasil dari proses pirolisis, yakni teknologi pengolahan sampah plastik pada suhu tinggi tanpa oksigen untuk menghasilkan cairan BBM. Proses ini dilakukan secara berkelanjutan di unit pengolahan milik Bank Sampah Banjarnegara yang sudah dilengkapi dengan peralatan sederhana namun efektif.
Dalam sehari, unit pengolahan ini mampu memproduksi sekitar 180 liter Petasol, yang kemudian dikemas dalam botol-botol transparan berlabel “BBM Sintetis Setara Bensin.” Produk ini digunakan oleh masyarakat lokal, terutama untuk kendaraan bermotor dan mesin diesel ringan, sebagai alternatif pengganti bensin bersubsidi.
Ketua Bank Sampah Banjarnegara menyatakan bahwa inovasi ini tidak hanya berdampak lingkungan, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru bagi warga. Sampah plastik yang sebelumnya dibuang atau dibakar kini menjadi komoditas bernilai tinggi. Warga didorong untuk memilah dan mengumpulkan sampah plastik untuk dijual ke bank sampah, menciptakan sistem sirkular yang produktif.
Petasol dinilai cukup kompetitif dibandingkan bahan bakar konvensional. Dalam uji coba lapangan, BBM alternatif ini mampu menghidupkan mesin tanpa kendala berarti dan menghasilkan pembakaran yang relatif bersih. Meski demikian, pihak bank sampah tetap menyarankan penggunaannya untuk keperluan non-kendaraan pribadi sebagai langkah awal.
Produksi Petasol dilakukan secara berkelanjutan dan telah mendapat pengawasan dari dinas lingkungan hidup setempat. Mereka memastikan proses pirolisis dilakukan sesuai standar keamanan dan tidak menghasilkan limbah berbahaya lainnya. Sisa hasil pembakaran plastik juga dimanfaatkan sebagai bahan paving block dan bata ramah lingkungan.
Bank Sampah Banjarnegara juga sedang menjajaki kerja sama dengan sektor industri kecil dan menengah untuk menggunakan Petasol sebagai sumber energi alternatif dalam kegiatan produksi mereka. Langkah ini diyakini dapat menekan biaya operasional dan memperkuat ketahanan energi di tingkat lokal.
Dalam jangka panjang, inisiatif ini diharapkan bisa direplikasi oleh daerah lain di Indonesia yang memiliki permasalahan serupa dengan sampah plastik. Teknologi pirolisis yang digunakan cukup terjangkau dan tidak membutuhkan peralatan industri berat, menjadikannya cocok untuk skala desa maupun kota kecil.
Pemerintah daerah Banjarnegara melalui Dinas Lingkungan Hidup memberikan dukungan penuh terhadap program ini. Mereka menilai program ini sebagai implementasi nyata dari prinsip ekonomi sirkular dan transisi energi bersih berbasis komunitas. Edukasi dan pelatihan untuk warga pun terus digencarkan agar lebih banyak pihak dapat terlibat dalam rantai produksi Petasol.
Keberhasilan Bank Sampah Banjarnegara ini juga menarik perhatian akademisi dan pemerhati lingkungan. Beberapa universitas sudah melakukan studi awal untuk meneliti kandungan kimia Petasol serta potensi konversinya dalam skala industri. Hasil awal menunjukkan bahwa Petasol memiliki kualitas pembakaran yang mendekati BBM nonsubsidi.
Dengan inovasi ini, Banjarnegara menunjukkan bahwa solusi terhadap krisis energi dan lingkungan tidak selalu harus datang dari korporasi besar atau pemerintah pusat. Komunitas lokal pun mampu menjadi pelopor perubahan, asal memiliki semangat, pengetahuan, dan dukungan dari berbagai pihak.[]