Teheran – Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, mengeluarkan pernyataan tegas di tengah meningkatnya ketegangan dengan Israel dan sekutunya. Dalam pidatonya pada Rabu (18/6/2025), Khamenei memperingatkan bahwa Iran tidak akan tinggal diam menghadapi agresi militer dari pihak mana pun.
“Perang akan dibalas dengan perang, pengeboman akan dibalas dengan pengeboman, dan serangan akan dibalas dengan serangan,” tegas Khamenei di hadapan para komandan militer dan pejabat tinggi Iran.
Pernyataan tersebut datang setelah beberapa malam serangan udara dan rudal yang saling dilancarkan antara Iran dan Israel. Ketegangan kedua negara kian memuncak sejak konflik Gaza kembali memanas dan menyeret kekuatan regional ke dalam arena konfrontasi langsung.
Khamenei juga menegaskan bahwa Iran tidak mencari perang, tetapi siap menghadapinya jika kedaulatan dan kehormatan bangsa mereka diganggu. Ia menyebut bahwa rakyat Iran bersatu dalam menghadapi “musuh Zionis” dan siap memberikan balasan yang “berkali lipat”.
“Jika mereka pikir kami akan mundur karena tekanan militer atau sanksi ekonomi, mereka salah besar. Kami tidak akan tunduk pada arogansi imperialis, dan setiap peluru yang ditembakkan ke arah kami akan dibalas dua kali lipat,” tambahnya.
Pernyataan keras ini langsung mendapat sorotan media internasional dan memicu kekhawatiran akan eskalasi konflik skala penuh di kawasan Timur Tengah. Beberapa negara menyerukan kepada Dewan Keamanan PBB untuk segera mengadakan pertemuan darurat guna mencegah perang terbuka.
Di sisi lain, Israel mengklaim bahwa langkah militernya adalah bagian dari upaya mempertahankan diri atas ancaman eksistensial dari Iran, khususnya dari aktivitas militer Iran di Suriah dan dukungan terhadap kelompok bersenjata di Gaza dan Lebanon.
Sementara itu, para analis menilai bahwa retorika Ayatollah Khamenei menunjukkan bahwa Iran siap mengobarkan “perang simetris”, tidak hanya di medan perang konvensional tetapi juga melalui serangan siber, proksi milisi, dan tekanan diplomatik.
Ketegangan ini juga berdampak pada perekonomian global, terutama sektor energi. Harga minyak dunia melonjak akibat kekhawatiran terganggunya suplai dari wilayah Teluk.
Pernyataan Khamenei menegaskan bahwa Iran memposisikan dirinya sebagai negara yang tidak akan diam menerima pukulan, dan bahwa setiap agresi dari luar akan memicu respons keras dan terukur.
Dalam situasi yang kian genting ini, dunia menanti langkah-langkah diplomatik berikutnya yang bisa menahan laju konflik agar tidak meluas menjadi perang regional yang lebih dahsyat.[]