Teheran – Pemerintah Iran pada Senin, 16 Juni 2025, secara resmi mengumumkan telah mengeksekusi puluhan orang yang dituduh sebagai agen intelijen Israel. Mereka disebut-sebut sebagai bagian dari jaringan Mossad yang terlibat dalam aksi sabotase terhadap fasilitas strategis Iran.
Menurut laporan dari media pemerintah dan sumber keamanan, para agen tersebut ditangkap hanya sehari sebelum pelaksanaan eksekusi, tepat setelah mereka kedapatan membawa bahan peledak dan perangkat pengintai dalam misi rahasia di provinsi Alborz, dekat ibu kota Teheran.
Pemerintah Iran menuduh para tersangka melakukan aksi sabotase terhadap situs militer dan infrastruktur nuklir. Operasi ini diklaim sebagai bagian dari agenda Israel untuk mengacaukan stabilitas nasional dan menggagalkan program pertahanan Iran dari dalam negeri.
Eksekusi ini terjadi hanya beberapa hari setelah meningkatnya ketegangan antara Iran dan Israel, di mana kedua negara saling melancarkan serangan udara dan rudal. Konflik tersebut menjadi salah satu konfrontasi terbuka paling serius antara kedua musuh lama itu dalam beberapa dekade terakhir.
Iran menyebut bahwa eksekusi dilakukan setelah proses hukum yang cepat, namun sah menurut sistem pengadilan Revolusi Islam. Langkah ini diambil sebagai bentuk respons tegas terhadap setiap bentuk spionase asing dan pelanggaran kedaulatan nasional.
Media Iran melaporkan bahwa sebagian besar dari mereka yang dieksekusi mengakui keterlibatan mereka dalam operasi sabotase, serta mengungkapkan jaringan komunikasi dan pendanaan yang berpusat di luar negeri. Beberapa di antaranya juga memiliki kewarganegaraan ganda.
Komunitas internasional bereaksi keras terhadap berita ini. Beberapa organisasi hak asasi manusia mengkritik proses hukum yang dianggap tidak transparan dan menuntut investigasi independen atas keabsahan eksekusi massal tersebut.
Pemerintah Israel belum mengeluarkan pernyataan resmi terkait tuduhan tersebut, namun sejumlah analis menilai bahwa Iran tengah memperkuat posisi politiknya melalui unjuk kekuatan terhadap apa yang disebut sebagai “ancaman eksternal yang disponsori Barat”.
Eksekusi ini dinilai oleh para pengamat sebagai sinyal bahwa Iran tidak akan mentoleransi lagi infiltrasi intelijen di wilayahnya. Di sisi lain, aksi ini bisa menjadi pemicu eskalasi lanjutan dalam konflik bersenjata antara kedua negara.
Dalam situasi saat ini, banyak pihak mendesak Dewan Keamanan PBB untuk segera bertindak dan mendorong kedua negara menuju meja perundingan, sebelum konflik berubah menjadi perang regional yang lebih luas.
Iran menegaskan bahwa tindakan tegas seperti ini adalah bagian dari strategi pertahanan negara dan langkah pencegahan terhadap ancaman terorisme asing. Namun, dunia kini menanti apakah tindakan ini akan mengakhiri rangkaian provokasi atau justru memicu babak baru dalam konflik Israel-Iran yang terus memanas.