Teheran – Ketegangan di Timur Tengah terus memuncak setelah Iran melanjutkan gelombang serangan ke arah sasaran militer Israel untuk hari ketiga berturut-turut dalam operasi yang diberi nama “Operation True Promise III“. Operasi ini merupakan kelanjutan dari eskalasi militer yang disebut Iran sebagai bentuk balasan atas agresi yang dilakukan Israel di wilayah Gaza dan serangan terhadap konsulat Iran di Suriah.
Menurut laporan dari media pemerintah Iran, Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) kembali meluncurkan rudal balistik jarak menengah dan drone bersenjata yang ditargetkan ke beberapa pangkalan militer Israel di wilayah utara. Serangan ini diklaim sebagai tindakan pertahanan dan peringatan keras terhadap Israel agar menghentikan semua bentuk serangan ke wilayah yang dianggap sahabat Iran.
Juru bicara militer Iran menyatakan bahwa serangan ini akan terus berlanjut hingga Israel menunjukkan itikad baik dan menghentikan kekerasan terhadap warga sipil Palestina. “Kami tidak menginginkan perang yang meluas, tetapi kami tidak akan tinggal diam saat agresi terhadap rakyat kami dan sekutu kami terus berlangsung,” ujarnya dalam konferensi pers di Teheran.
Di sisi lain, militer Israel mengklaim telah berhasil mencegat sebagian besar serangan udara Iran dengan sistem pertahanan Iron Dome dan Arrow 3. Namun demikian, beberapa rudal dikabarkan sempat menembus pertahanan dan menyebabkan kerusakan pada fasilitas militer non-strategis. Pemerintah Israel belum mengonfirmasi jumlah korban luka atau jiwa dari serangan terbaru ini.
Ketegangan antara Iran dan Israel bukan hal baru, namun eskalasi kali ini dipandang sebagai salah satu yang paling serius dalam satu dekade terakhir. Operasi “True Promise” sendiri telah memasuki fase ketiga sejak dimulai dua hari sebelumnya, menyusul insiden pemboman fasilitas diplomatik Iran di Damaskus.
Sementara itu, Dewan Keamanan PBB kembali menggelar pertemuan darurat untuk membahas situasi yang semakin tidak terkendali di Timur Tengah. Beberapa negara seperti Rusia, Tiongkok, dan Turki menyerukan gencatan senjata dan membuka jalur diplomasi agar konflik tidak meluas menjadi perang regional.
Gaza sendiri tetap menjadi medan utama penderitaan. Meski perhatian dunia kini terbagi dengan konflik Iran-Israel, serangan Israel di Jalur Gaza masih berlangsung. Laporan dari organisasi kemanusiaan menyebutkan bahwa jumlah korban jiwa terus meningkat, dan bantuan internasional masih belum bisa masuk secara maksimal karena blokade dan kondisi keamanan yang memburuk.
Pengamat politik Timur Tengah menilai bahwa langkah Iran menunjukkan peningkatan kepercayaan diri sekaligus sinyal bahwa negara tersebut tidak lagi hanya berperan sebagai pendukung dari balik layar. Iran kini mengambil posisi terbuka dalam konflik regional, yang bisa memicu reaksi lanjutan dari sekutu-sekutu Israel seperti Amerika Serikat.
Presiden Iran, Ebrahim Raisi, dalam pernyataan resmi menegaskan bahwa “janji sejati kepada rakyat Palestina adalah bahwa Iran tidak akan membiarkan penindasan berlanjut tanpa perlawanan.” Pernyataan ini menuai dukungan dari berbagai kelompok pro-Iran di Lebanon, Irak, dan Yaman yang juga meningkatkan kesiagaan mereka.
Situasi ini membuat banyak pihak khawatir akan potensi pecahnya perang skala besar yang melibatkan banyak negara di kawasan. Dengan Operation True Promise III masih berlangsung, dunia kini menanti apakah eskalasi ini akan terus meningkat atau ada celah untuk diplomasi dan deeskalasi ketegangan.